Rabu, 28 Desember 2011
Selasa, 27 Desember 2011
Senin, 26 Desember 2011
Diary Depresiku: Maafkan aku, terpaksa melakukannya !
Mungkin inilah awal dari kehidupanku dimana aku harus belajar menjadi orang yang bijaksana dan sedikit lebih dewasa dari usiaku yang 18tahun pada tahun 2011. Banyak masukan, kritik dan saran dari orang-orang tercinta, saudara, orang tua, teman, pacar, dan sahabat..
Awalnya sulit untuk aku menerima kritik dan saran mereka satu per satu, aku marah dan membenci terhadap pendapat yang mereka keluarkan kepadaku. Aku merasa seakan mereka sajalah yang benar dan aku yang salah, aku muak dengan semua ini. Tapi dari beberapa masukan yang aku terima, hanya satu masukan yang mampu membuatku bangkit dari kegelapan yang ternyata selama ini bersarang dari tubuhku. Yah, aku akan berubah tapi tentu aku butuh waktu untuk aku berubah. Tidak semuda itu untuk aku menjadi apa yang mereka inginkan. Okeh, mungkin secara tidak sadar aku memiliki nada bicara yang tinggi, seakan aku membentak namun pada kenyataan aku ‘fine’ dengan mereka. Dan secara tidak sadar ternyata ini merugikan beberapa pihak yang belum tentu bisa menerima saya dengan keadaan seperti ini. Aku sadar kalau tidak semua orang bisa menerima kekurangan dan kelebihan kita, masing-masing ada porsinya.
Saat ini aku tidak tau harus bagaimana dan memulai semua ini darimana. Aku bingung seperti seseorang yang nyasar ketempat asing. Tapi aku harus mandiri dalam hal ini, aku hanya butuh waktu dan sosialisasi dengan diri aku yang ‘baru’. Aku sadar keputusan yang aku ambil ini tidaklah mudah, butuh waktu namun aku tetap optimis aku bisa melakukannya, aku bisa berubah menjadi lebih baik, menjadi sosok yang bisa diterimaa oleh semua orang. Aku harus bangkit dari sesuatu yang gelap, aku harus mencari jalan keluarnya.
Selama ini ada seorang sosok yang sudah menemani hari-hariku selama 2 tahun (08 Nov 2009), dia selalu mendengarkan keluh kesahku, menyuportku dikala aku patah semangat, menjadikan hari-hariku ‘happy’ selalu. Dia adalah seorang pacar yang baik dan perfact. Kami LDR (Long Distance Relationship) selama 2 tahun, bagaimana bisa? Ya kami bisa bertahan karena saling pengertian dan tetap menjaga komunikasi. Aku selalu berfikir kalau aku adalah orang jahat yang pernah ada buat dia. Terkadang aku menyalahkan diriku dan waktu yang mempertemukan kita. Keegoisanku, itu yang sebenarnya membuat dia sakit tapi rasa sayangnya padaku merubah segalanya. Dia selalu mengalah atas apa yang sudah aku lakukan. Aku memang bodoh, cewek gak tau untung punya pacar yang perhatian, penyayang, baik hati, pengertian,sabar, pokonya perfact. Pernahkah aku seperti dia? Bisa kah aku seperti dia? Heh, aku tidak bisa seperti dia. Seandainya aku jadi dia, mungkin aku akan meninggalkan gadis bodoh yang tidak tau berterima kasih itu, tapi tidak dengan dia.
Aku pacar yang tidak bisa membuat dia tersenyum bahagia, aku selalu membuat dia ‘strees’ aku merasa bersalah dan merasa tidak berguna. Aku harus sadar atas apa yang telah aku perbuat pada orang satu ini. Aku benar-benar bingung harus bagaimana sekarang, aku selalu ingin membuat dia tersenyuum bahagia dan menebus dosa-dosaku pada orang ini. Dia orang yang sudah banyak berkorban (setelah ibu dan ayah) untuk aku dan sudah saatnya aku menghargai pengorbanannya, ini adalah jalan pintas yang aku pilih, maaf kalau jalan ini membuatmu sedikit terluka. Namun semua ini aku lakukan untukmu agar sikapku ini tidak membuamu sakit lagi. Hanya itu yang ada difikiranku saat ini. Aku sudah bergantung banyak dengannya, setiap ada masalah sedikit aku selalu cerita padanya, ada sesuatu yang tidak enak dia ikut jadi korban kemarahanku dan dia tetap sabar dalam menghadapiku. Ya Alaaaah, manusia apa ku ini?
Aku memutuskan untuk tidak memberinya kabar dan aku memarahi teman-temanku untuk memberikan informasi kepadanya tentangku. Bukan aku ingin terbiasa tanpanya, aku hanya tidak ingin membuat dia sakit untuk kesekian kalinya hanya karena sikapku yang emosional. Aku ingin berubah, memperbaiki keburukanku dan membuatnya tenang. Aku tidak tau apakah nanti disaat aku tidak memberikannya kabar , apakah dia akan terbiasa tanpaku nantinya? Jujur aku takut kehilangan dia tapi hanya ini satu-satunya jalan yang aku punya untuk dia. Semua ini kulakukan hanya untuk dia walau ini membuatku sedikit sakit karena tidak berkomunikasi dengannya. Huuuft, aku tau ini tidak mudah bagiku. Tapi aku harus bisa, apakah aku bisa menjalani semua ini tanpa semangat darinya? Biasanya disaat seperti ini aku selalu mendapatkan semangat darinya tapi kini aku tidak bisa mendapatkannyaa.
Dia mungkin salah paham dengan keputusan yang aku ambil, tapi aku harap dia akan mengerti jalan apa yang sedang aku ambil saat ini. Jika takdir ini membuat kita terpisah nantinya, mungkin ini adalah sesuatu yang bisa membuatku tersenyum sekaligus berdedih dengan kesakitan karena telah kehilangannya. Tersenyum karena aku tidak lagi menyakitinya dan membuatnya menjalani hidup tanpa beban dariku. Bersedih dan sakit karena aku telah kehilangan sosok yang menjadi semangat buat hari-hariku, sosok yang sangat aku inginkan, semua ada padanya. Aku pernah mencoba untuk berubah (sesuatu yang tidak dia suka dariku) dan dia tetap bersamaku, itu sangat sulit untuk ku lakukan karena dia selalu memanjakanku dan dia membuatku tidak mandiri. Dan itu sama sekali tidak membuahkan hasil. Mungkin dengan jalan ini aku akan berhasil menjadi orang yang dia inginkan, wanita yang lembut tutur bahasanya, gak kasar, dan ku harap ku mampu melakukannya agar dia bisa tersenyum. Kulakukan semua ini hanya untuk dia..
26 Des 2011 Ini adalah hari pertama aku tanpa dia, tanpa komunikasi sedikitpun sama dia. Sedikit sulit bagiku untuk menjalani hari-hari tanpa dia. Dia juga tidak menghubungiku sekalipun, tidak seperti biasanya. Apa dia mulai terbiasa tanpaku lagi? Apa aku begitu menyebalkan buat dia? Hhhh, I hope not but it’s real. Tapi tujuan utamaku bukan untuk menjauhi dan terbiasa tanpanya, hanya aku butuh waktu dan kesempatan untukku bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hati ini ‘gatal’ begitupun tangan ini. Serasa ingin menghubunginya dan mengetauhi kabarnya, tapi aku tidak boleh menyerah aku yakin aku bisa dan ini demi tujuan baikku juga. Maaf, ini caraku untuk tidak melukaimu lagi.
27 Des 2011 adalah hari ke dua dan sepertinya kita memutuskan untuk berpisah. Yha ini memang semua gara-gara saya. Hidup ini terlalu bertele-tele, aku memutuskan untuk tidak bersamanya lagi. Aku terpaksa melakukan ini, sungguh jauh didalam lubuk hati ini aku tidak ingin melakukannya, aku masih ingin bersamanya. Dalam hati ini ku menangis, menyesali perbuatanku. Aku bingung dengan jalan yang aku ambil, antara iklas dan tidak iklas melepaskan. Semua hancur, apakah aku akan kehilangan dia? Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah *menangis*..
Sungguh ku tidak rela melepasnya, sangat sangat sangat sangat tidak relaa. Tapi ini jalan yang aku ambil untuk tidak menyakitinya lagi. Aku harus membuat dia membenciku karena dengan begitu dia tidak akan merasakan sakit lagi dan dengan membenciku dia dapat melupakanku karena kalau dia dapat melupakanku beban hidupnya akan berkurang. Dan mungkin aku berhasil membuat dia tidak menyukaiku lagi karena aku telah melontarkan kata-kata yang terpaksa aku keluarkan yang membuatnya sakit dan dia membalasnya dengan kasar dan mengatakan kalau dia menyesal telah mengenalku. Sungguh sebenarnya hatiku menangis takut kehilangan tapi aku sangat terpaksa melakukannya. Disaat dia mulai melupakanku dan melihatnya bersama yang lain, hatiku pasti sakit sekali. Aku minta maaf atas apa yang sudah saya lakukan terhadapmu, aku terpaksa. Mending kau sakit sekali dari pada berkali-kali.
Rabu, 21 Desember 2011
Langganan:
Postingan (Atom)